Pembangkit listrik merupakan salah satu fasilitas penting di era modern sekarang ini. Dengan kebutuhan energi yang terus meningkat, pembangkit listrik memiliki peran dalam menyediakan daya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mansuia. Berbagai macam pembangkit listrik telah dikembangkan dengan teknologi yang berbeda-beda, masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahannya. Berikut ini adalah jenis-jenis pembangkit listrik yang umum digunakan. Yuk, disimak!
Pembangkit listrik ini menggunakan uap air yang dihasilkan dengan cara memanaskan air dengan bantuan bahan bakar fosil, seperti batubara, gas alam, atau minyak. Uap air tersebut kemudian digunakan untuk memutar turbin yang terhubung dengan generator untuk menghasilkan listrik. PLTU memiliki efisiensi yang tinggi, namun, masalah lingkungan terkait dengan emisi gas rumah kaca dan polusi udara menjadi perhatian utama.
Menurut informasi yang diperoleh dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga tanggal 20 April 2022, tercatat bahwa Indonesia telah memiliki 253 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Dalam sebarannya, Kalimantan Timur menjadi provinsi dengan jumlah PLTU terbanyak, mencapai 26 unit. Sementara itu, provinsi lain yang juga memiliki kontribusi signifikan terhadap jumlah PLTU adalah Banten dan Jawa Timur, masing-masing memiliki 22 unit.
PLTG menggunakan gas alam sebagai bahan bakar untuk menghasilkan listrik. Proses pembangkitan listrik pada PLTG melibatkan pembakaran gas alam untuk menghasilkan panas, yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin dan generator. Kelebihan PLTG meliputi kebersihan proses pembakaran dan waktu start-up yang relatif singkat. Di tahun 2022 lalu, berdasarkan data dari Databoks Katadata, Indonesia sudah memiliki 66 PLTG yang tersebar di beberapa titik di negeri ini.
Baca juga: Cara Mengetahui Kapasitas Daya di Rumah
Pembangkit listrik ini menggunakan reaksi nuklir untuk menghasilkan panas, yang kemudian digunakan untuk menghasilkan listrik. Reaksi nuklir ini biasanya melibatkan fisi atau penggabungan inti atom. Pembangkit listrik tenaga nuklir memiliki kapasitas besar dan tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca saat beroperasi. Namun, keamanan dan dampak limbah radioaktif menjadi isu yang sering diperbincangkan menyangkut jenis pembangkit listrik ini. Indonesia sendiri sampai sekarang belum mempunyai pembangkit listrik tenaga nuklir.
PLTA menggunakan energi kinetik air yang menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik. Bendungan dan waduk digunakan untuk mengumpulkan dan mengatur aliran air. PLTA memiliki kelebihan dalam hal keberlanjutan dan minimnya emisi gas rumah kaca. Namun, pembangunan bendungan dapat memiliki dampak lingkungan dan sosial yang signifikan.
Salah satu PLTA yang terkenal di Indonesia adalah PLTA Wonogiri. Pada awalnya, PLTA yang memanfaatkan aliran air dari Waduk Gajah Mungkur ini dibangun sebagai langkah pengendalian banjir Sungai Bengawan Solo. Lalu, seiring berjalannya waktu juga berfungis sebagai penghasil daya listrik sebesar 12,4 MegaWatt.
Baca juga: Apa Itu Kabel Power Listrik?
Pembangkit listrik ini menggunakan energi angin untuk memutar kincir angin atau baling-baling yang terhubung dengan generator. Pembangkit listrik tenaga angin semakin populer karena merupakan sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan. Namun, keandalan dan ketergantungan pada kondisi cuaca menjadi tantangan yang perlu diatasi.
Di Indonesia, pembangkit listrik tenaga angin dikenal dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). PLTB dengan kapasitas 75 megawatt (MW) telah didirikan di lahan seluas 100 hektar di daerah perbukitan Pabbaresseng, Desa Mattirotasi, Kabupaten Sidrap. Selain lokasi tersebut, terdapat juga fasilitas pembangkit listrik tenaga angin di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan.
PLTS mengubah energi matahari menjadi listrik melalui penggunaan sel surya. Teknologi ini bersifat ramah lingkungan dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai sumber energi terbarukan. Meskipun demikian, biaya produksi dan penyimpanan energi masih menjadi kendala.
PLTS terbesar di Indonesia yang pertama dapat ditemukan di Desa Wineru, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Sebanyak 64.620 panel surya tersusun rapi di lahan seluas 29 hektar. Pada tanggal 5 September 2019, PLTS Likupang mulai dioperasikan secara penuh, menjadikannya sumber energi listrik terbaru yang diterapkan secara luas di wilayah tersebut.
Baca juga: Memahami Perbedaan Tegangan Medium Voltage dan Low Voltage
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel adalah jenis pembangkit listrik yang memakai mesin diesel untuk menghasilkan energi listrik. Mesin diesel bekerja dengan cara mengkompresi udara dan menyemprotkan bahan bakar diesel ke dalam ruang bakar untuk pembakaran, menghasilkan gerakan piston yang kemudian digunakan untuk menggerakkan generator listrik.
Pembangkit ini umumnya digunakan sebagai sumber daya cadangan atau dalam situasi darurat, namun juga dapat beroperasi secara terus-menerus untuk memasok listrik ke daerah terpencil atau lokasi yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik utama. Kelebihan pembangkit listrik tenaga diesel meliputi keandalan yang tinggi, mudah dioperasikan, serta fleksibilitas dalam ukuran dan kapasitasnya. Namun, kelemahannya meliputi emisi gas buang dan biaya operasional yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan sumber energi lainnya.